Sejarah Dan Pengertian Filsafat

Sejarah Dan Pengertian Filsafat - Hallo sahabat Zona Edukasi Terpadu, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Sejarah Dan Pengertian Filsafat, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel agama, Artikel ekonomi manajemen, Artikel geografi, Artikel hukum, Artikel MAKALAH, Artikel MIPA, Artikel Pendidikan, Artikel Pendidikan Agama Islam, Artikel politik, Artikel Sejarah, Artikel sosiologi, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Sejarah Dan Pengertian Filsafat
link : Sejarah Dan Pengertian Filsafat

Baca juga


Sejarah Dan Pengertian Filsafat

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pada Umumnya pemikiran teoritis itu mempunyai kaitan yang erat dengan lingkungan tempat pemikiran itu dilakukan dan pemikiran teoritis itu permulaan lahirnya filsafat di Yunani pada kurun ke-6 sebelum masehi, Yunani merupakan tempat dimana pemikiran ilmiah mulai tumbuh dan pada zaman itu lahirlah para pemikir yang mengarah dan menyebabkan filsafat itu dilahirkan.
Cirri-ciri umum filsafat Yunani yaitu rasionalisme. Rasionalisme Yunani itu mencapai puncaknya pada orang-orang sophis untuk melihat rasionalisme sofis perlu dipahami lebih terdahulu latar belakangnya. Latar belakang itu terletak pada pemikiran filsafat yang ada sebelumnya.
Pada potongan selanjutnya penulis akan membahas wacana filsafat pra Socrates dan filsafat Socrates beserta tokoh-tokohnya sekaligus pemikirannya.
B.    Rumusan Masalah
1)    Definisi Filsafat
2)    Periode Pra Socrates
a.    Thales
b.    Anaximandros
c.    Pythagoras
d.    Zeno
3)    Periode  Zaman Ke’emasan (Socrates)
a.    Socrates
b.    Plato
c.    Aristoteles

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Definisi Filsafat
Secara etimologis kata filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia, Philosophia terdiri dari dua kata, yaitu philein yang berarti mengasihi atau philia yang berarti cinta serta sophos yang berarti kearifan atau kebijaksanaan. Dari bahasa Yunani ini melahirkan kata dalam bahasa Inggris philosophy yang diterjemahkan sebagai cinta kearifan/kebijaksanaan. Cinta sanggup diartikan sebagai suatu dinamika yang menggerakan subjek untuk bersatu dengan objeknya dalam arti dipengaruhi dan diliputi objeknya. Sedangkan kearifan atau kebijaksanaan sanggup diartikan ketepatan bertindak. Dalam bahasa Inggris sanggup ditemukan kata policy dan wisdom untuk menyebut kebijaksanaan. Namun yang sering dipergunakan dalam filsafat yaitu kata wisdom dan lebih ditujukan pada pengertian kearifan.
B.    Zaman Pra Socrates
Filsafat pra-sokrates ditandai oleh perjuangan mencari asal (asas) segala sesuatu ("arche" = ). Tidakkah di balik keanekaragaman realitas di alam semesta itu hanya ada satu azas? Thales mengusulkan: air, Anaximandros: yang tak terbatas, Empedokles: api-udara-tanah-air. Herakleitos mengajar bahwa segala sesuatu mengalir ("panta rei" = selalu berubah), sedang Parmenides menyampaikan bahwa kenyataan justru sama sekali tak berubah. Namun tetap menjadi pertanyaan: bagaimana yang satu itu muncul dalam bentuk yang banyak, dan bagaimana yang banyak itu bahwasanya hanya satu? Pythagoras (580-500 sM) dikenal oleh sekolah yang didirikannya untuk merenungkan hal itu. Democritus (460-370 sM) dikenal oleh konsepnya wacana atom sebagai basis untuk menerangkannya juga. Zeno (lahir 490 sM) berhasil menyebarkan metode reductio ad absurdum untuk meraih kesimpulan yang benar.

Para filosof pada zaman ini diantaranya :
1)    Thales (624 SM - 546 SM)
Thales hidup sekitar 624-546 SM. Ia yaitu spesialis ilmu termasuk jago ilmu Astronomi. Ia beropini bahwa hakikat alam ini yaitu air. Segala-galanya berasal dari air. Bumi sendiri merupakan materi yang sekaligus keluar dari air dan kemudian terapung-apung diatasnya.
Pandangan yang demikian itu membawa kepada penyesuaian-penyesuain lain yang lebih fundamental yaitu bahwa sesungguhnya segalanya ini pada hakikatnya yaitu satu. Bagi Thales, air yaitu alasannya yaitu utama dari segala yang ada dan menjadi ahir dari segala-galanya.
Ajaran Thales yang lain yaitu bahwa tiap benda mempunyai jiwa. Itulah sebabnya tiap benda sanggup berubah, sanggup bergerak atau sanggup hilang kodratnya masing-masing. Ajaran Thales wacana jiwa bukan hanya mencakup benda-benda hidup tetapi mencakup benda-benda mati pula.
2)    Anaximandros (610 SM - 546 SM)
Anaximandros yaitu salah satu murid Thales. Anaximandros yaitu spesialis astronomi dan ilmu bumi. Meskipun ia murid Thales namun ia mempunyai prinsip dasar alam satu akan tetapi bukanlah dari jenis benda alam menyerupai air sebagai mana yang dikatakan oleh gurunya.
Prinsip dasar alam haruslah dari jenis yang tak terhuitung dan tak terbatas yang oleh ia disebut Apeiron yaitu zat yang tak terhingga dan tak terbatas dan tidak sanggup dirupakan tidak ada persamaannya dengan apapun.
Meskipun wacana teori asal mula kejadian alam tidak begitu terang namun ia yaitu seorang yang cakap dan cerdas ia tidak mengenal anutan Islam atau yang lainnya.


3)    Pythagoras (582 SM - 496 SM)
Pythagoras lahir dipulau Samos yang termasuk tempat Ionia dalam kota ini Pythagoras mendirikan suatu tarekat beragama yang sifat-sifatnya akan dibicarakan di bawah ini. Tarekat yang didirikan Pythagoras bersifat religious, mereka menghomati tuhan Apollo.
Menurut kepercayaan Pythagoras insan asalnya tuhan, jiwa itu yaitu penjelmaan dari tuhan yang jatuh kedunia lantaran berdosa dan ia akan kembali kelangit kedalam lingkungan tuhan bermula, apabila sudah habis dicuci dosanya itu, hidup didunia ini yaitu persediaan buat akhirat. Sebab itu semula dari sini dikerjakan hidup untuk hari kemudian.
Pythagoras tersebut juga sebagai jago pikir. Terutama dalam ilmu matematik dan ilmu berhitung. Falsafah pemikirannya banyak diilhami oleh diam-diam angka-angka. Dunia angka yaitu dunia kepastian dan dunia ini erat hubungannya dengan dunia bentuk. Dari sini sanggup dilihat kecakapannya ia dalam matematik mempengaruhi terhadap pemikiran filsafatnya sehingga pada segala keadaan ia melihat dari angka-angka dan merupakan paduan dari unsur angka.
4)    Zeno (490 SM)
Lahir di Elea sekitar 490 SM. Ajarannya yang penting yaitu pemikirannya wacana dialektika. Dialektika yaitu satu cabang filsafat yang mempelajari argumentasi.

C.    Zaman  Ke’emasan (Socrates)
Puncak zaman Yunani dicapai pada pemikiran filsafati Sokrates (470-399 sM), Plato (428-348 sM) dan Aristoteles (384-322 sM). Disebut demikian lantaran pada zaman ini sejarah menyebutkan bahwa awal mula dari munculnya ilmu kedokteran, ilmu alam dan lain-lain yaitu pada zaman ini.

1)    Sokrates (470-399 sM)
Hidup pada masa yang sama dengan mereka yang menamakan diri sebagai "sophis" ("yang bijaksana dan berapengetahuan"), Sokrates lebih berminat pada masalah insan dan tempatnya dalam masyarakat, dan bukan pada kekuatan-kekuatan yang ada dibalik alam raya ini (para dewa-dewi mitologi Yunani). Seperti diungkapkan oleh Cicero kemudian, Sokrates "menurunkan filsafat dari langit, mengantarkannya ke kota-kota, memperkenalkannya ke rumah-rumah". Karena itu ia didakwa "memperkenalkan dewa-dewi baru, dan merusak kaum muda" dan dibawa ke pengadilan kota Athena. Dengan dominan tipis, juri 500 orang menyatakan ia bersalah. Ia sesungguhnya sanggup menyelamatkan nyawanya dengan meninggalkan kota Athena, namun setia pada hati nuraninya ia menentukan meminum racun cemara di hadapan banyak orang untuk mengakhiri hidupnya.
Sokrates menyumbangkan teknik kebidanan (maieutika tekhne) dalam berfilsafat. Bertolak dari pengalaman konkrit, melalui obrolan seseorang diajak Sokrates (sebagai sang bidan) untuk "melahirkan" pengetahuan akan kebenaran yang dikandung dalam batin orang itu. Dengan demikian Sokrates meletakkan dasar bagi pendekatan deduktif, Pemikiran Sokrates dibukukan oleh Plato, muridnya.
2)    Plato (428-348 sM)
Plato menyumbangkan anutan wacana "idea". Menurut Plato, hanya idea-lah realitas sejati. Semua fenomena alam hanya bayang-bayang dari bentuknya (idea) yang kekal. Dalam wawasan Plato, pada awal mula ada idea-kuda. Dunia idea mengatasi realitas yang tampak, bersifat matematis, dan keberadaannya terlepas dari dunia inderawi. Dari idea-kuda itu muncul semua kuda yang kasat-mata. Karena itu keberadaan bunga, pohon, burung, ... sanggup berubah dan berakhir, tetapi idea bunga, pohon, burung, ... kekal adanya. Itulah sebabnya yang Satu sanggup menjadi yang Banyak.
Plato berpendapat, bahwa pengalaman hanya merupakan ingatan (bersifat intuitif, bawaan, dalam diri) seseorang terhadap apa yang bahwasanya telah diketahuinya dari dunia idea, -- konon sebelum insan itu masuk dalam dunia inderawi ini. Menurut Plato, tanpa melalui pengalaman (pengamatan), apabila insan sudah terlatih dalam hal intuisi, maka ia niscaya sanggup menatap ke dunia idea dan karenanya kemudian mempunyai sejumlah gagasan wacana semua hal, termasuk wacana kebaikan, kebenaran, keadilan, dan sebagainya.
Plato menyebarkan pendekatan yang sifatnya rasional-deduktif sebagaimana gampang dijumpai dalam matematika. Problem filsafati yang digarap oleh Plato yaitu keterlemparan jiwa insan kedalam penjara dunia inderawi, yaitu tubuh. Itu masalah ada ("being") dan mengada (menjadi, "becoming").
3)    Aristoteles (384-322 sM)
Aristoteles menegaskan bahwa ada dua cara untuk mendapat kesimpulan demi memperoleh pengetahuan dan kebenaran baru, yaitu metode rasional-deduktif dan metode empiris-induktif. Dalam metode rasional-deduktif dari premis dua pernyataan yang benar, dibuat konklusi yang berupa pernyataan ketiga yang mengandung unsur-unsur dalam kedua premis itu. Inilah silogisme, yang merupakan fondasi penting dalam logika, yaitu cabang filsafat yang secara khusus menguji keabsahan cara berfikir. Logika dibuat dari  berarti sesuatu yang diutarakan. , dan  kata  Daripadanya logika berarti pertimbangan pikiran atau kebijaksanaan yang dinyatakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa.
Dalam metode empiris-induktif pengamatan-pengamatan indrawi yang sifatnya partikular digunakan sebagai basis untuk berabstraksi menyusun pernyataan yang berlaku universal.
Aristoteles mengandalkan pengamatan inderawi sebagai basis untuk mencapai pengetahuan yang sempurna. Itu berbeda dari Plato. Berbeda dari Plato pula, Aristoteles menolak dualisme wacana insan dan menentukan "hylemorfisme": apa saja yang dijumpai di dunia secara terpadu merupakan pengejawantahan material ("hyle") sana-sini dari bentuk ("morphe") yang sama. Bentuk memberi aktualitas atas materi (atau substansi) dalam individu yang bersangkutan. Materi (substansi) memberi kemungkinan ("dynamis", Latin: "potentia") untuk pengejawantahan (aktualitas) bentuk dalam setiap individu dengan cara berbeda-beda. Maka ada banyak individu yang berbeda-beda dalam jenis yang sama. Pertentangan Herakleitos dan Parmendides diatasi dengan menekankan kesatuan dasar antara kedua tanda-tanda yang "tetap" dan yang "berubah".
Aristoteles menganggap Plato (gurunya) telah menjungkir-balikkan segalanya. Dia sepakat dengan gurunya bahwa kuda tertentu "berubah" (menjadi besar dan tegap, misalnya), dan bahwa tidak ada kuda yang hidup selamanya. Dia juga sepakat bahwa bentuk nyata dari kuda itu kekal abadi. Tetapi idea-kuda yaitu konsep yang dibuat insan setelah melihat (mengamati, mengalami) sejumlah kuda. Idea-kuda tidak mempunyai eksistensinya sendiri, idea-kuda tercipta dari ciri-ciri yang ada pada (sekurang-kurangnya) sejumlah kuda. Bagi Aristoteles, idea ada dalam benda-benda.
Pola pemikiran Aristoteles ini merupakan perubahan yang radikal. Menurut Plato, realitas tertinggi yaitu yang kita pikirkan dengan kebijaksanaan kita, sedang berdasarkan Aristoteles realitas tertinggi yaitu yang kita lihat dengan indera-mata kita. Aristoteles tidak menyangkal bahwa bahwa insan mempunyai kebijaksanaan yang sifatnya bawaan, dan bukan sekedar kebijaksanaan yang masuk dalam kesadarannya oleh indera pendengaran dan penglihatannya. Namun justru kebijaksanaan itulah yang merupakan ciri khas yang membedakan insan dari makhluk-makhluk lain. Akal dan kesadaran insan kosong hingga ia mengalami sesuatu. Karena itu, berdasarkan Aristoteles, pada insan tidak ada idea-bawaan.
Pemikiran Aristoteles merupakan hartakarun umat insan yang berbudaya. Pengaruhnya terasa hingga kini, itu berkat kekuatan sintesis dan konsistensi argumentasi filsafatinya, dan cara kerjanya yang berpangkal pada pengamatan dan pengumpulan data. Singkatnya, ia berhasil dengan gemilang menggabungkan (melakukan sintesis) metode empiris-induktif dan rasional-deduktif tersebut diatas.
Aristoteles menempatkan filsafat dalam suatu sketsa yang utuh untuk mempelajari realitas. Studi wacana logika atau pengetahuan wacana penalaran, berperan sebagai organon ("alat") untuk hingga kepada pengetahuan yang lebih mendalam, untuk selanjutnya diolah dalam theoria yang membawa kepada praxis. Aristoteles mengawali, atau sekurang-kurangnya secara tidak eksklusif mendorong, kelahiran banyak ilmu empiris menyerupai botani, zoologi, ilmu kedokteran, dan tentu saja fisika. Ada benang merah yang nyata, antara tunjangan pemikiran dalam Physica (yang ditulisnya), dengan Almagest (oleh Ptolemeus), Principia dan Opticks (dari Newton), serta Experiments on Electricity (oleh Franklin), Chemistry (dari Lavoisier), Geology (ditulis oleh Lyell), dan The Origin of Species (hasil pemikiran Darwin). Masing-masing merupakan produk refleksi para pemikir itu dalam situasi dan tradisi yang tersedia dalam zamannya masing-masing.

BAB III
KESIMPULAN
1.    Pra Socrates
Filsafat Pra Socrates yaitu filsafat yang dilahirkan lantaran kemenangan kebijaksanaan asas atas cerita atau mite-mite yang diterima dari agama yang memberitahukan wacana asal muasal segala sesuatu.
Dan filsafat pra Socrates ditandai perjuangan mencari asal (asas) segala sesuatu (arche) tidakkah dibalik keanekaragaman realitas di alam semesta itu hanya satu azas? Thales mengusulkan air, Anaximandros: yang tak terbatas,  Pythagoras dikenal oleh sekolah yang didirikannya untuk merenungkan hal itu, dan Zeno wacana dialektika.
2.    Socrates
mercu kehebatan pemikiran dan falsafah tamadun Yunani, proses ini sanggup dicapaii Zaman Keemasan Tradisi Sastra dan Seni, pendahulu dari Eksistensialisme, disebut demikian lantaran tokoh-tokoh pemikir dunia populer menyerupai Socrates, Plato dan balasannya Disebut demikian lantaran pada zaman ini sejarah menyebutkan bahwa awal mula dari munculnya ilmu kedokteran, ilmu alam dan lain-lain yaitu pada zaman ini.
Tokoh-tokohnya yaitu
1.    Socrates
2.    Plato
3.    Aristiteles



DAFTAR PUSTAKA
1.    Bakker, Anton 1984. Metode Metode Filsafat,  Jakarta : Ghalia Indonesia.
2.    Noor, Hadian. Pengantar Sejarah Filsafat. Malang : Citra Mentari Group. 1997.
3.    Osborne, Richard. Filsafat Untuk Pemula.  Yogyakarta : Kanisius. 2001.
4.    Russell, Bertrand. Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2004.
5.    Turnbull, Neil. Bengkel Ilmu Filsafat. Jakarta : Erlangga. 2005.
6.    www.filsafat-ilmu.blogspot.com/2008/01/teori-kebenaran.html


Demikianlah Artikel Sejarah Dan Pengertian Filsafat

Sekianlah artikel Sejarah Dan Pengertian Filsafat kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Sejarah Dan Pengertian Filsafat dengan alamat link https://zonaedukasiterpadu.blogspot.com/2012/12/sejarah-dan-pengertian-filsafat.html

0 Response to "Sejarah Dan Pengertian Filsafat"

Posting Komentar