Keutamaan Bulan Ramadhan

Keutamaan Bulan Ramadhan - Hallo sahabat Zona Edukasi Terpadu, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Keutamaan Bulan Ramadhan, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel BULAN RAMADHAN, Artikel hukum islam, Artikel MAKALAH, Artikel Pendidikan Agama Islam, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Keutamaan Bulan Ramadhan
link : Keutamaan Bulan Ramadhan

Baca juga


Keutamaan Bulan Ramadhan

Tidak terasa sudah sebulan kita menjalani ibadah di bulan Ramadhan. Dan saatnya kita berpisah dengan bulan yang penuh barokah, bulan yang penuh rahmat dan ampunan Allah, serta bulan di mana banyak yang dibebaskan dari siksa neraka.
Begitu Banyak Pengampunan Dosa di Bulan yang Mulia
Saudaraku, kalau kita betul-betul merenungkan, Allah begitu sayang kepada orang-orang yang gemar melaksanakan ketaatan di bulan Ramadhan. Cobalah kita perhatikan dengan seksama, betapa banyak amalan yang di dalamnya terdapat pengampunan dosa. Maka sungguh sangat merugi kalau seseorang meninggalkan amalan-amalan tersebut. Dia sungguh telah luput dari ampunan Allah yang begitu luas.
Cobalah kita lihat pada amalan puasa yang telah kita jalani selama sebulan penuh, di dalamnya terdapat ampunan dosa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan lantaran kepercayaan dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa kemudian akan diampuni.”335 Pengampunan dosa di sini sanggup diperoleh kalau seseorang menjaga diri dari batasan-batasan Allah dan hal-hal yang semestinya dijaga.336
335 HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760.
336 Lathoif Al Ma’arif, 364.
337 HR. Bukhari no. 37 dan Muslim no. 759.
338 HR. Bukhari no. 1901.
339 Fathul Bari, 4/251.
340 Lathoif Al Ma’arif, 365.
341 HR. Muslim no. 233.
Begitu pula pada amalan shalat tarawih, di dalamnya juga terdapat pengampunan dosa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa melaksanakan qiyam Ramadhan (shalat tarawih) lantaran kepercayaan dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah kemudian akan diampuni.”337
Barangsiapa yang menghidupkan lailatul qadar dengan amalan shalat, juga akan mendapatkan pengampunan dosa sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barangsiapa melaksanakan shalat pada lailatul qadar lantaran kepercayaan dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah kemudian akan diampuni.”338
Amalan-amalan tadi akan menghapuskan dosa dengan syarat apabila seseorang melaksanakan amalan tersebut lantaran (1) kepercayaan yaitu membenarkan pahala yang dijanjikan oleh Allah dan (2) mencari pahala di sisi Allah, bukan melakukannya lantaran riya’ atau alasan lainnya.339
Adapun pengampunan dosa di sini dimaksudkan untuk dosa-dosa kecil sebagaimana pendapat secara umum dikuasai ulama.340 Dalilnya yakni sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Antara shalat yang lima waktu, antara jum’at yang satu dan jum’at berikutnya, antara Ramadhan yang satu dan Ramadhan berikutnya, di antara amalan-amalan tersebut akan diampuni dosa-dosa selama seseorang menjauhi dosa-dosa besar.”341 Yang dimaksud dengan pengampunan dosa dalam hadits riwayat Muslim ini, ada dua
penafsiran: (1) Amalan wajib (seperti puasa Ramadhan, -pen) sanggup menghapus dosa apabila seseorang menjauhi dosa-dosa besar. Apabila seseorang tidak menjauhi dosa-dosa besar, maka amalan-amalan tersebut tidak sanggup mengampuni dosa baik dosa kecil maupun dosa besar; (2) Amalan wajib sanggup mengampuni dosa namun hanya dosa kecil saja, baik dia menjauhi dosa besar ataupun tidak. Dan amalan wajib tersebut sama sekali tidak akan menghapuskan dosa besar.342
342 Lathoif Al Ma’arif, 365.
343 Idem.
344 Lathoif Al Ma’arif, 365-366.
345 Lathoif Al Ma’arif, 370-371.
346 Lathoif Al Ma’arif, 377.
347 Lathoif Al Ma’arif, 371.
Pendapat yang dianut oleh secara umum dikuasai ulama bahwa dosa yang diampuni yakni dosa-dosa kecil, sedangkan dosa besar sanggup terhapus hanya melalui taubatan nashuhah (taubat yang sesungguhnya).343
Adapun pengampunan dosa pada lailatul qadar yakni apabila seseorang mendapatkan malam tersebut, sedangkan pengampunan dosa pada puasa Ramadhan dan qiyam Ramadhan (shalat tarawih) yakni apabila bulan Ramadhan telah tepat (29 atau 30 hari). Dengan sempurnanya bulan Ramadhan, seseorang akan mendapatkan pengampunan dosa yang telah kemudian dari amalan puasa dan amalan shalat malam yang ia lakukan.344
Selain melalui amalan puasa, shalat malam di bulan Ramadhan dan shalat di malam yang mulia (lailatul qadar), juga terdapat amalan untuk mendapatkan ampunan Allah yaitu melalui istighfar. Memohon ampun menyerupai ini yakni di antara bentuk do’a. Dan do’a orang yang berpuasa yakni do’a yang mustajab (terkabulkan), apalagi ketika berbuka. Qotadah mengatakan, “Siapa saja yang tidak diampuni di bulan Ramadhan, maka sungguh di hari lain ia pun akan sulit diampuni.”345
Begitu pula pengeluaran zakat fithri di penghujung Ramadhan, itu juga yakni alasannya mendapatkan ampunan Allah. Karena zakat fithri akan menutupi kesalahan berupa kata-kata kotor dan sia-sia. Ulama-ulama terdahulu menyampaikan bahwa zakat fithri yakni bagaikan sujud sahwi (sujud yang dilakukan ketika lupa, -pen) dalam shalat, yaitu untuk menutupi kekurangan yang ada.346
Kaprikornus sanggup kita saksikan, begitu banyak amalan di bulan Ramadhan yang terdapat pengampunan dosa, bahkan itu ada hingga epilog bulan Ramadhan. Sampai-sampai Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, “Tatkala semakin banyak pengampunan dosa di bulan Ramadhan, maka siapa saja yang tidak mendapati pengampunan tersebut, sungguh dia telah terhalangi dari kebaikan yang banyak.”347
Bagaimana Seharusnya Keadaan Seseorang di Hari ‘Idul Fithri?
Setelah kita mengetahui beberapa amalan di bulan Ramadhan yang sanggup menghapuskan dosa-dosa, maka seseorang di hari raya Idul Fithri, ketika dia kembali berbuka (tidak berpuasa lagi) seharusnya dalam keadaan bayi yang gres dilahirkan oleh ibunya higienis dari dosa. Namun hal ini dengan syarat, seseorang haruslah bertaubat dari dosa besar yang pernah ia terjerumus di dalamnya, dia bertaubat nashuhah dengan penuh rasa penyesalan.
Lihatlah perkataan Az Zuhri berikut, “Ketika hari raya Idul Fithri, banyak insan yang akan keluar menuju lapangan kawasan pelaksanaan shalat ‘ied, Allah pun akan menyaksikan mereka. Allah pun akan mengatakan, “Wahai hambaku, puasa kalian yakni untuk-Ku, shalat-shalat kalian di bulan Ramadhan yakni untuk-Ku, kembalilah kalian dalam keadaan mendapatkan ampunan-Ku.”
Ulama salaf lainnya menyampaikan kepada sebagian saudaranya ketika melaksanakan shalat ‘ied di tanah lapang, “Hari ini suatu kaum telah kembali dalam keadaan sebagaimana ibu mereka melahirkan mereka.”348 Dikatakan demikian lantaran sungguh amat banyak pengampunan dosa di bulan penuh kemuliaan, bulan Ramadhan.
348 Lathoif Al Ma’arif, 366.
Khawatir Amalan Tidak Diterima
Para ulama salaf terdahulu begitu semangat untuk menyempurnakan amalan mereka, kemudian mereka berharap-harap biar amalan tersebut diterima oleh Allah dan khawatir kalau tertolak. Merekalah yang disebutkan dalam firman Allah,
“Dan orang-orang yang menunjukkan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut.” (QS. Al Mu’minun: 60)
‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Mereka para salaf begitu berharap biar amalan-amalan mereka diterima daripada banyak beramal. Bukankah engkau mendengar firman Allah Ta’ala,
“Sesungguhnya Allah hanya mendapatkan (amalan) dari orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Ma-idah: 27)”
Dari Fudholah bin ‘Ubaid, dia mengatakan, “Seandainya saya mengetahui bahwa Allah mendapatkan dariku satu amalan kebaikanku sekecil biji saja, maka itu lebih kusukai daripada dunia dan seisinya, lantaran Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Allah hanya mendapatkan (amalan) dari orang-orang yang bertakwa.” (Qs. Al Ma-idah: 27)”
Ibnu Diinar mengatakan, “Tidak diterimanya amalan lebih kukhawatirkan daripada banyak beramal.”
Abdul Aziz bin Abi Rowwad berkata, “Saya menemukan para salaf begitu semangat untuk melaksanakan amalan sholih. Apabila telah melakukannya, mereka merasa khawatir apakah amalan mereka diterima ataukah tidak.”
Sebagian ulama sampai-sampai mengatakan, “Para salaf biasa memohon kepada Allah selama enam bulan biar sanggup berjumpa dengan bulan Ramadhan. Kemudian enam bulan sisanya, mereka memohon kepada Allah biar amalan mereka diterima.”
Lihat pula perkataan ‘Umar bin ‘Abdul Aziz berikut tatkala dia berkhutbah pada hari raya Idul Fithri, “Wahai sekalian manusia, kalian telah berpuasa selama 30 hari. Kalian pun telah melaksanakan shalat tarawih setiap malamnya. Kalian pun keluar dan memohon pada Allah biar amalan kalian diterima. Namun sebagian salaf malah bersedih ketika hari raya Idul Fithri. Dikatakan kepada mereka, “Sesungguhnya hari ini yakni hari penuh kebahagiaan.” Mereka malah mengatakan, “Kalian benar. Akan tetapi saya yakni seorang hamba. Aku telah diperintahkan oleh Rabbku untuk beramal, namun saya tidak mengetahui apakah amalan tersebut diterima ataukah tidak.”
Itulah kekhawatiran para salaf. Mereka begitu khawatir kalau-kalau amalannya tidak diterima. Namun berbeda dengan kita yang amalannya begitu sedikit dan sangat jauh dari amalan para salaf. Kita begitu “pede” dan yakin dengan diterimanya amalan kita. Sungguh, teramatlah jauh antara kita dengan mereka.349
349 Lihat Lathoif Al Ma’arif, 368-369.
350 Lihat klarifikasi kami pada Bab amalan keliru di bulan Ramadhan.
351 Ash Sholah wa Hukmu Tarikiha, hal. 7
Bagaimana Mungkin Mendapatkan Pengampunan di Bulan Ramadhan?
Setelah kita melihat bahwa di bulan Ramadhan ini penuh dengan pengampunan dosa dari Allah Ta’ala. Banyak yang menyangka bahwa dirinya telah kembali suci menyerupai bayi yang gres lahir selepas bulan Ramadhan, padahal kesehariannya di bulan Ramadhan tidak lepas dari melaksanakan dosa-dosa besar. Sebagaimana yang telah kami jelaskan bahwa dosa-dosa kecil sanggup terhapus dengan amalan puasa, shalat malam dan menghidupkan malam lailatul qadar. Namun ingatlah bahwa pengampunan tersebut sanggup diperoleh bila seseorang menjauhi dosa-dosa besar. Lalu bagaimanakah dengan kebiasaan sebagian kaum muslimin yang berpuasa namun menganggap remeh shalat lima waktu, bahkan seringkali meninggalkannya ketika dia berpuasa padahal meninggalkannya termasuk dosa besar?!
Sebagian kaum muslimin begitu semangat memperhatikan amalan puasa, namun begitu lalai dari amalan shalat lima waktu. Padahal telah dijelaskan sebelumnya bahwa orang yang berpuasa namun enggan menunaikan shalat, puasanya tidaklah bernilai apa-apa. Bahkan puasanya menjadi tidak sah disebabkan meninggalkan shalat lima waktu.350
Lalu menyerupai inikah Idul Fithri dikatakan sebagai hari kemenangan sedangkan hak Allah tidak dipedulikan? Seperti inikah Idul Fithri disebut hari yang suci sedangkan ketika berpuasa dikotori dengan durhaka kepada-Nya? Kepada Allah-lah kawasan kami mengadu, semoga Allah senantiasa memberi taufik. Ingatlah, meninggalkan shalat lima waktu bukanlah dosa biasa, namun dosa yang teramat bahaya.
Ibnu Qayyim Al Jauziyah –rahimahullah- mengatakan, “Kaum muslimin bersepakat bahwa meninggalkan shalat lima waktu dengan sengaja yakni dosa besar yang paling besar dan dosanya lebih besar dari dosa membunuh, merampas harta orang lain, berzina, mencuri, dan minum minuman keras. Orang yang meninggalkannya akan menerima eksekusi dan kemurkaan Allah serta mendapatkan kehinaan di dunia dan akhirat.”351 Dinukil oleh Adz Dzahabi dalam Al Kaba-ir, Ibnu Hazm –rahimahullah- berkata, “Tidak
ada dosa sehabis kejelekan yang paling besar daripada dosa meninggalkan shalat hingga keluar waktunya dan membunuh seorang mukmin tanpa alasan yang sanggup dibenarkan.”352
352 Al Kaba’ir (Ma’a Syarhi Li Fadhilatisy Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin), hal. 25.
353 HR. Ahmad 2/373. Syaikh Syu’aib Al Arnauth menyampaikan bahwa sanadnya jayyid.
354 Latho-if Al Ma’arif, hal. 374.
Itulah kenyataan yang dialami oleh orang yang berpuasa. Kadang puasa yang dilakukan tidak mendapatkan ganjaran apa-apa atau ganjaran yang kurang dikarenakan ketika puasa malah diisi dengan berbuat maksiat kepada Allah, bahkan diisi dengan melaksanakan dosa besar yaitu meninggalkan shalat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.”353 Jika demikian, di manakah hari kemenangan yang selalu dibesar-besarkan ketika Idul Fithri? Di manakah hari yang dikatakan telah suci lahir dan batin sedangkan hak Allah diinjak-injak? Lalu apa gunanya maaf memaafkan terhadap sesama begitu digembar-gemborkan di hari ied sedangkan usul maaf kepada Rabb atas dosa yang dilakukan disepelekan?
Takbir di Penghujung Ramadhan
Karena begitu banyak pengampunan dosa di bulan Ramadhan, kita diperintahkan oleh Allah di simpulan bulan untuk bertakbir dalam rangka bersyukur kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman,
“Dan hendaklah kau mencukupkan bilangannya dan hendaklah kau bertakwa pada Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kau bersyukur.” (QS. Al Baqarah: 185)
Syukur di sini dilakukan untuk mensyukuri nikmat Allah berupa taufik untuk melaksanakan puasa, akomodasi untuk melakukannya, menerima pembebasan dari siksa neraka dan ampunan yang diperoleh ketika melakukannya. Atas nikmat inilah, seseorang diperintahkan untuk berdzikir kepada Allah, bersyukur kepada-Nya dan bertakwa kepada-Nya dengan sebenar-benarnya takwa. Ibnu Mas’ud menyampaikan bahwa sebenar-benarnya takwa yakni mentaati Allah tanpa bermaksiat kepada-Nya, mengingat Allah tanpa lalai dari-Nya dan bersyukur atas nikmat-nikmat Allah, tanpa mengkufuri nikmat tersebut.354
Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamd. Di penghujung bulan Ramadhan ini, hanyalah ampunan dan pembebasan dari siksa neraka yang kami harap-harap dari Allah yang Maha Pengampun. Kami pun berharap semoga Allah mendapatkan amalan kita semua di bulan Ramadhan, walaupun kami rasa amalan kami begitu sedikit dan begitu banyak kekurangan di dalamnya.
Taqobalallahu minna wa minkum (Semoga Allah mendapatkan amalan kami dan amalan kalian). Semoga Allah menjadi kita insan yang istiqomah dalam menjalankan ibadah selepas bulan Ramadhan.


Demikianlah Artikel Keutamaan Bulan Ramadhan

Sekianlah artikel Keutamaan Bulan Ramadhan kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Keutamaan Bulan Ramadhan dengan alamat link https://zonaedukasiterpadu.blogspot.com/2012/12/keutamaan-bulan-ramadhan.html

0 Response to "Keutamaan Bulan Ramadhan"

Posting Komentar