Judul : Makalah Filsafat Pendidikan Islam
link : Makalah Filsafat Pendidikan Islam
Makalah Filsafat Pendidikan Islam
Pengertian dan Hakikat Pendidikan Islam
&
Pengertian Pendidik Dalam Pendidikan Islam
Disusun Oleh :
1. TULIS NAMA ANDA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) JURAI SIWO METRO
2009
&
Pengertian Pendidik Dalam Pendidikan Islam
Disusun Oleh :
1. TULIS NAMA ANDA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) JURAI SIWO METRO
2009
PEMBAHASAN
PENGERTIAN DAN HAKEKAT
PENDIDIKAN ISLAM
A. Pengertian dan Hakekat Pendidikan Islam
Istilah pendidikan dalam konteks Islam paa umumnya mengacu pada term al-tarbiyah, al-ta’dib, dan al-ta’lim. Dari ketiga istilah tersebut term yang popular dipakai dalam praktek pendidikan Islam ialah term al-tarbiyah.
a. Istilah al-Tarbiyah
Penggunaan sitilah al-Tarbiyah berasal dari kata rabb, dasarnya memperlihatkan makna tumbuh, berkembang, memelihara, merawat, mengatur, dan menjaga kelestarian atau eksistensinya.
Al-Tarbiyah berasal dari tiga kata, yaitu : Pertama, rabba-yarbu yang berarti bertambah, tumbuh, dan berkembang. Kedua, rabiya-yarba berarti menjadi besar. Ketiga, rabba-yarubbu berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, dan memelihara.
Secara filosofis mengisyaratkan bahwa proses pendidikan Islam yakni bersumber pada pendidikan yang diberikan Allah sebagai “pendidik” seluruh ciptaan-Nya, termasuk manusia. Pengertian pendidikan Islam yang dikandung dalam term al-tarbiyah terdiri atas empat unsur pendekatan, yaitu : (1) memelihara dan mejaga fitrah anak didik menjelang pintar balig cukup akal (balgh). (2) membuatkan seluruh potensi menuju kesempurnaan. (3) mengarahkan seluruh fitrah menuju kesempurnaan. (4) melakukan pendidikan secara bertahap.
b. Istilah al-Ta’lim
Istilah al-Ta’lim telah dipakai semenjak periode awal pelaksanaan pendidikan Islam. Menurut para ahli, kata ini lebih bersifat universal dibanding dengan al-Tarbiyah maupun al-Ta’dib, ibarat yang dikemukakan oleh Rasyid Ridha. Rasyid Ridha mengartikan al-Ta’lim sebagai proses transmisi aneka macam ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu.
Makna al’ta’lim tidak hanya terbatas pada pengetahuan lahiriyah, akan tetapi meliputi pengetahuan teoritis, mengulang secara lisan, pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam kehidupan, perintah untuk melakukan pengetahuan dan pedoman untuk berperilaku.
c. Istilah al-Ta’dib
Menurut al-Attas, istilah yang paling tepat untuk memperlihatkan pendidikan Islam yakni al-ta’dib. Konsep ini didasarkan pada hadist Nabi yang artinya : “Tuhan telah mendidikku, maka Ia sempurnakan pendidikanku.” (H.R. al-‘Askary dari ‘Ali r.a). Kata addaba dalam hadis tersebut dimaknai al-Attas sebagai “mendidik”.
Lebih lanjut ia ungkapkan bahwa, penggunaan istilah al-Tarbiyah terlalu luas untuk mengungkap hakikat dan operasional pendidikan Islam. Sebab kata al-Tarbiyah yang mempunyai arti pengasuhan, pemeliharaan, dan kasih sayang tidak hanya dipakai untuk manusia, akan tetapi juga digunkan untuk melatih dan memelihara hewan atau makhlu Allah lainnya. Oleh karenanya, penggunaan istilah al-Tarbiyah tidak mempunyai akar yang besar lengan berkuasa dalam khazanah bahasa Arab. Timbulnya istilah ini dalam dunia Islam merupakan terjemahan dari bahasa Latin ‘educatio” atau bahasa Inggris “education”. Kedua kata tersebut dalam batasan pendidikan Barat lebih banyak menekankan pada aspek pisik dan material. Sementara pendidikan Islam, penekanannya tidak hanya aspek tersebut, akan tetapi juga pada aspek psikis dan immaterial. Dengan demikian, istilah al-Ta’dib merupakan terma paling tepat dalam khazanah bahasa Arab sebab mengandung arti ilmu, kearigan, keadilan, kebijaksanaan, pengajaran, dan pengasuhan yang baik sehingga makna al-Tarbiyah dan al-Ta’lim sudah tercakup dalam terma al-Ta’dib.
Dari uraian tersebut sanggup disimpulkan bahwa pendidikan Islam yakni suatu sistem yang memungkinkan seseorang (peserta didik) sanggup mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi Islam.
B. Pengertian dan Hakikat Pendidik dalam Pendidikan Islam
Secara umum, pendidik yakni orang yang mempunyai tanggung jawab untuk mendidik. Pendidik dalam perspektif pendidikan Islam yakni orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan akseptor didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi akseptor didik, baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai pemikiran Islam.
Dalam Al-Qur’an ada empat yang sanggup menjadi pendidik,
a. Allah SWT
b. Para Nabi
c. Kedua orang bau tanah
d. orang lain
1. Tugas pendidik berdasarkan filsafat pendidikan Islam
Dalam operasionallisasinya, mendidik merupakan rangkaian proses mengajar, memperlihatkan dorongan, memuji, menghukum, memberi contoh, dorongan, memuji, menghukum, memberi contoh, membiasakan, dan lain sebagainya.
Imam Al-Ghazali mengemukakan bahwa kiprah pendidik yang utama yakni menyempurnakan, membersihkan, mensucikan, serta membawa hati insan untuk taqarrub ila Alah
Ag. Soejono (1982:62) merinci kiprah pendidik (termasuk guru) sebagai berikut
a. Wajib menemukan pembawaan yang ada pada bawah umur didik.
b. Berusaha menolong anak didik membuatkan pembawaan yang baik dan menekan perkembangan pembawaan yang jelek biar tidak berkembang.
c. Memberlihatkan kepada anak didik kiprah orang dewasa.
d. Mengadakan penilaian setiap waktu
e. Memberikan bimbingan dan penyuluhan.
2. Karakteristik Pendidik
Menurut al-Abrasyi
a. Seorang pendidik hendaknya mempunyai sifat zuhud, yaitu melakukan tugasnya bukan semata-mata sebab materi, akan tetapi lebih dari itu yakni sebab mencari keridhaan Allah.
b. Seorang pendidik hendaknya higienis fisiknya dari segala macam kotoran dan higienis jiwanya dari segala macam sifat tercela.
c. Seorang pendidik hendaknya lapang dada dan tidak ria dalam melakukan tugasnya.
d. Seorang pendidik hendaknya bersikap pemaaf dan memaafkan kesalahan orang lain (terutama terhadap akseptor didiknya), sabar dan sanggung menahan amarah, senantiasa membuka diri dan menjaga kehormatannya.
e. Seorang pendidik hendaknya bisa menyayangi akseptor didiknya sebagaimana ia menyayangi anaknya sendiri (bersifat keibuan atau kebapakan).
f. Seorang pendidik hendaknya mengetahui huruf akseptor didiknya, seperti; pembawaan, kebiasaan, perasaan dan aneka macam potensi yang dimilikinya.
g. Seorang pendidik hendaknya menguasai pelajaran yagn diajarkannya dengan baik dan profesional.
Mahmud Junus (1966:113) menyatakan bahwa Ibnu Sina mengajukan beberapa sifat seorang pendidik :
a. Tenang
b. Tidak bermuka masam
c. Tidak berolok-olok di hadapan anak didik
d. Sopan santun
3. Syarat Pendidik dalam Pendidikan Islam
Soejono (1982:63-65) menyatakan bahwa syarat guru yakni sebagai berikut :
a. Tentang umur, harus sudah pintar balig cukup akal
b. Tentang kesehatan, harus sehat jasmani dan rohani
c. Tentang kemampuan mengajar, ia harus andal
d. Harus berkesusilaan dan berdedikasi tinggi
¬Munir Mursi (1977:97) menyatakan syarat terpentingnya bagi guru dalam Islam yakni syarat keagamaan. Syarat guru dalam islam ialah sebagai berikut
a. Umur, harus sudah pintar balig cukup akal
b. Kesehatan, harus sehat jasmani dan rohani
c. Keahlian, harus menguasai bidang yang diajarkannya dan menguasai ilmu mendidik (termasuk ilmu mengajar).
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam. Wacana Ilmu, Bandung. 1997
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung. 1991
Demikianlah Artikel Makalah Filsafat Pendidikan Islam
Sekianlah artikel Makalah Filsafat Pendidikan Islam kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Makalah Filsafat Pendidikan Islam dengan alamat link https://zonaedukasiterpadu.blogspot.com/2012/12/makalah-filsafat-pendidikan-islam.html
0 Response to "Makalah Filsafat Pendidikan Islam"
Posting Komentar